Muh. Syahrir, seorang pemuda asal Jeneponto, menyampaikan harapan besar kepada para tokoh masyarakat dan politik. Harapannya sederhana namun tegas: jadilah penjaga, bukan perusak, harapan rakyat.
Syahrir mengingatkan bahwa di balik jabatan, popularitas, dan pengaruh, tersimpan tanggung jawab moral yang besar kepada masyarakat. Terutama kepada mereka yang suaranya jarang terdengar—yang hidupnya masih terpinggirkan, yang setiap hari berjuang tanpa banyak sorotan.
Menurutnya, kesejahteraan sebuah kabupaten tidak lahir dari janji-janji pemilu atau sekadar proyek besar. Kesejahteraan justru tumbuh dari keberanian moral, dari kepemimpinan yang melayani, dan dari partisipasi rakyat yang diberdayakan.
“Ketika politik digunakan sebagai alat kebaikan, bahkan daerah yang tertinggal pun bisa menjadi yang terdepan,” ujar Muh. Syahrir menegaskan.
Ia sadar betul bahwa perubahan tidaklah mudah. Namun ia percaya, bila para tokoh—baik politik, adat, agama, maupun komunitas—bersatu dengan hati yang bersih, maka Jeneponto bisa berkembang lebih cepat.
Pesannya juga mengandung ajakan timbal balik, jika pemimpin berusaha menjadi lebih baik, maka masyarakat pun mesti mendorong dan mendukung langkah itu. Karena perubahan bukanlah urusan satu orang di atas, melainkan perjalanan bersama antara pemimpin dan rakyat.
Kepercayaan rakyat adalah modal. Kepemimpinan yang melayani adalah kunci. Dan harapan yang disampaikan Muh. Syahrir, ini menjadi pengingat masa depan Jeneponto hanya bisa dibangun jika pemimpin dan rakyat berjalan seiring.