Scroll untuk baca artikel
banner 325x300
Ragam

“Mina” Tua, Terlupa, dan Tak Pernah Dijemput

41
×

“Mina” Tua, Terlupa, dan Tak Pernah Dijemput

Sebarkan artikel ini

Jeneponto, Bataskota.id – Namanya Mina. Tubuhnya renta di ujung usia. Ia tinggal sendiri di gubuk reyot yang bahkan tak pantas disebut rumah. Atapnya bolong, dindingnya rapuh, lantainya berserakan sampah yang ia pungut dari sisa kehidupan orang lain.

Suaminya pergi entah ke mana. Katanya merantau, bersama anaknya. Lalu menghilang dalam jarak dan waktu. Kini, Mina tak hanya ditinggalkan. Ia dilupakan.

banner 325x300

Kerabatnya, Baharuddin, menyimpan luka yang tak sempat terucap. “Ada suaminya, ada juga anaknya, tapi pergi. Alasan merantau,” katanya pendek. Seolah sudah terlalu lelah berharap pada kenyataan yang tak kunjung berubah.

Mina kini punya cucu. Tapi tak pernah tahu seperti apa wajahnya. Tak pernah dijenguk, tak pernah dipeluk. Bahkan saat tubuhnya penuh cacar dan pikirannya mulai kabur, tak ada yang kembali. Hanya sampah yang setia menemani.

Kepala Desa Karelayu, Rasul Umar, tak berpaling. Ia pelan-pelan mengetuk hatinya, menjemput kembali identitas Mina yang nyaris hilang dari sistem. “Kami baru buatkan KTP dan KK-nya. Tidak mudah, kami khawatir dia mengamuk,” ucapnya lirih. Tapi niat baik itu tak surut. Ia bahkan mengawal langsung proses perawatan Mina dan menjaga agar bantuan tetap mengalir.

Kabar tentang Mina akhirnya sampai ke telinga Kapolres Jeneponto. Tanpa banyak kata, ia mengirim sembako. Menyiapkan dokter. Mungkin itu tak banyak, tapi cukup jadi isyarat bahwa negara belum sepenuhnya absen.

Mina tak butuh banyak. Hanya sepotong kasih yang dulu pernah ia tanam. Hanya sebuah atap yang bisa melindunginya dari hujan—dan dari tatapan iba.

Di Karelayu, ada seorang perempuan tua. Menua dalam diam. Menunggu pelukan yang tak kunjung datang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *